Artikel
Defisit anggaran dan
lilitan hutang
Religius zega, kamis, 10
Desember 2015
16;55 Pm
Negara Indonesia merupakan
salah satu negara besar yang jumlah penduduknya menduduki urutan ke empat
terbesar di dunia dan bahkan pernah menduduki urutan ke tiga. Selain itu
indonesia juga merupakan negara besar yang dapat diukur dari luasnya wilayah
serta luasnya lautan yang mengandung sumber daya alam yang luar biasa. Sejak
Indonesia merdeka dari tahun1945 indonesia masih tetap saja menjadi negara
indonesia yang selalu mengalami defisit anggaran serta hutang hilang. Indonesia
bagaikan pohon besar, berdaun lebat dan subur kelihatan dari jauh. Namun
sesungguhnya jika dilihat dari dekat pohon tersebut telah dililit tumbuhan lain
yang setiap hari mencari makanan pada tubuh pohon tersebut. Begitu indonesia
yang sesungguhnya, terlihat besar, subur dan memiliki potensi sumber daya alam
yang patut dikagumi namun defisit anggaran dan lilitan utang yang semakin
tak mengenal ujung lelahnya.
Seperti pada data Selama
10 tahun terakhir Anggaran Pemerintah Belanja Negara (APBN) selalu
mengalami defisit. Pada tahun 2005 defisit mencapai Rp 14,4 triliun jumlah ini
kemudian melonjak drastis pada APBN 2015 yang defisitnya mencapai Rp 245
triliun. Untuk 2015, defisit APBN ditetapkan 2,2 % dari Produk Domestik Bruto
(PDB). Belanja yang bersifat ekspansif ini dimaksudkan agar APBN dapat
mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, berbeda dengan kebijakan
defisit siklis yang hanya dilakukan di saat perekonomian mengalami kontraksi,
kebijakan defisit yang bersifat struktural yang menetapkan defisit anggaran
dalam jangka waktu tertentu, membuat stok utang pemerintah semakin menumpuk.
Apalagi sejak 2012 keseimbangan primer juga sudah mengalami defisit. Dengan
demikian pendapatan negara sebenarnya tidak mampu membiayai bunga utang dan
cicilannya. Akibatnya, pemerintah dihadapkan pada keputusan menambah utang
untuk membiayai pembangunan, belanja pegawai, maupun membayar bunga utang.
Selama ini indikator untuk menilai sehat atau tidak sehatnya posisi
utang dalam suatu negara selalu merujuk pada konsensus internasional yang
melihat rasio utang terhadap PDB tidak boleh melebihi angka 60%. Dari indikator
ini, Indonesia boleh dikatakan relatif aman karena tren indikator rasio utang
terhadap PDB selama lima tahun terakhir cenderung menurun. Rasio utang terhadap
PDB yang pada 2009 sebesar 28,3% turun menjadi 25,6% pada 2014. Selain itu
rasio defisit juga masih aman menurut konsesus internasional karena masih
berada di bawah angka 3%.
Dari indikator tersebut, pemerintah memang tampak telah mengelola utang
dengan baik. Akan tetapi, jika dilihat dari indikator lain, pengelolaan utang
nasional tidak sepenuhnya aman. Selama lima tahun ke belakang, nilai nominal
utang Indonesia sebenarnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 utang
pemerintah mencapai angka Rp 1,5 triliun angka ini kemudian terus bertambah
setiap tahun hingga mencapai Rp 2,6 triliun pada 2014. Bertambahnya nilai utang
negara akan menimbulkan konsekuensi terhadap penambahan bunga utang pada APBN
di tahun-tahun berikutnya. Selama periode yang sama, bunga utang pemerintah
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dari Rp 88,4 triliun pada 2010
hingga mencapai Rp 135 triliun pada 2014. Dalam APBN 2015, bunga utang
pemerintah malah mencapai Rp 152 triliun.
Dalam teori ekonomi
kondisi ini disebut dengan Fisher’s Paradox, yaitu semakin banyak
cicilan pokok beserta bunga utang yang dibayar, semakin bertambah banyak pula
utang yang menumpuk. Dengan bahasa yang lebih sederhana kita seperti mengikuti
istilah ‘gali lobang tutup lobang’, pinjam uang untuk bayar utang.
Beberapa penyebab defisit
anggran di Indonesia ialah sebagai berikut:
1. Korupsi
Indonesia merupakan negara
yang cukup terkenal dengan kasus korupsi. Meskipun tidak termasuk dalam 10
urutan negara yang paling terkenal dengan kasus korupsinya namun indonesia
masih berada pada urutan ke 68 dari 175 negara. Sebagian besar pejabat negara
merupakan pelaku korupsi di tanah air, yang selalu saja mencuri uang negara
yagn tidak lain adalah uang negara.
2. penggunaan anggaran yang sangat boros
Dana anggaran yang sudah
ada selama ini dimafaatkan oleh pihak pihak tertentu dengan boros. Banyak dana
yang disalurkan pada kebutuhan-kebutuhan yang kurang produktif dan hanya
menghabiskan dana yang ada tersebut tanpa adanya pengaruh pada perkemabangan
negara
3. subsidi yang tidak tepat sasaran
Para pemerintah indonesia
saat ini banyak menerbitkan kebijakan-kebijakan yang salah satunya kebijakan
memberikan subsidi pada setiap produk yang akan di belanjakan oleh masyarakat
di Indonesia. Hal ini dikenal sangat bertjuan baik bagi masyrakat kareana dapat
mengurangi harga produk yang akan dibelanjakan oleh masyarakat. Namun dari
kebijakan yang dikeluarkan oleh permerintah ini seringkali tidak tepat
sasaran dan pada akhirnya hanya menghabiskan dana APBN
Beberapa cara untuk
mengurangi hutang berkala
Masalah lilitan utang dan
defisit anggaran mempunyai keterakitan satu sama lain. APBN yang defisit
akhirnya harus ditutupi dengan berhutang. Selain itu pembayaran bunga hutang
juga menjadi beban tambahan dalam belanja APBN. Untuk itu APBN harus didesain
surplus dan pemerintah harus mengurangi beban utang di APBN secara berkala.
Adapun beberapa cara yang dapat ditempuh adalah.
a. Memaksimalkan potensi penerimaan pajak
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pajak menjadi masalah yang sering
muncul dalam anggaran penerimaan negara. Selama tiga tahun terakhir misalnya pajak mencapai
Rp 112 triliun. Di antara beberapa penyebabnya adalah target penerimaan
pajak, yang sangat berkaitan dengan asumsi makro, ditetapkan terlalu optimis.
Akibatnya, realisasi penerimaan pajak selalu lebih rendah dari target karena
pertumbuhan ekonomi pada kenyataannya memang lebih rendah dari yang
diasumsikan. Proyeksi asumsi makro yang ditetapkan oleh pemerintah dan DPR
biasanya banyak didasarkan pada keputusan politik, dan tidak bekerja sama
dengan lembaga independen yang melakukan pengkajian terhadap masalah fiskal dan
ekonomi. Pemerintah perlu belajar dari negara Inggris, Kanada, dan Korea
Selatan dimana ahli/lembaga independen mempunyai peran strategis, untuk
memberikan saran proyeksi ekonomi terhadap dampak kebijakan fiskal. Maka untuk
menyelesaikan Masalah pajak perlu kerjasama antara Direktorat Jenderal
Pajak, Dewan Perwakilan Rakyat, lembaga independen dan masyarakat luas.
b. memaksimalkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Pemerintah perlu lebih
serius menggali potensi PNBP khususnya dari sektor non-migas. Untuk sektor
pertambangan emas misalnya, tarif royalty di Indonesia yang masih 3,75%, masih
relatif kecil dibanding banyak negara, seperti Ghana yang mengenakan tarif
sebesar 5%, atau Rusia yang mencapai 6%. Sementara di Peru tarifnya bervariasi
dari 1 sampai dengan 13%. Jika dapat memaksimalkan tarif yang lebih kompetitif
tentunya penerimaan PNBP akan lebih besar. Selain itu, pengawasan
terhadap perusahaan tambang juga wajib dilakukan agar konsisten membayar
tarif royalty yang telah ditentukan oleh pemerintah.
c. mengawasi instrumen utang.
Salah satu instrumen utang
pemerintah adalah Obligasi negara, sebagian besar dari obligasi tersebut
menggunakan floating rate yang sangat tergantung pada kondisi
fundamental ekonomi. Salah satunya indikatornya adalah inflasi. Jika inflasi
tinggi, maka imbal hasil (yield) obligasi cenderung naik karena
ekspektasi investor terhadap kenaikan inflasi. Imbal hasil yang meningkat akan
berpengaruh terhadap peningkatan beban anggaran.
d. Restrukturisasi utang
Pembayaran utang
pemerintah masih akan berlangsung sampai 20 tahun ke depan setidaknya jika
melihat dari list jatuh tempo utang yang masih akan ada sampai
dengan 2055. Pemerintah perlu merestrukturisasi utang-utangnya, yang dimaksud
dengan restrukturisasi utang yaitu mengatur ulang utang terutama terkait
masalah tingkat bunga utang. Agar utang Indonesia tidak semakin besar di masa
depan. Selain itu pemerintah perlu kembali melakukan debt swap, yaitu
pertukaran utang dengan ekuitas atau dalam mata uang lokal untuk membiayai
suatu proyek atau program. Skema ini cukup menguntungkan karena upaya
pengurangan utang dapat dilaksanakan sekaligus dengan upaya untuk mencapai
pembangunan. pada tahun 2004 debt swap dengan pemerintah
Jerman berhasil mengurangi utang pemerintah sebesar 143 juta Euro. Dalam debt
swap pemerintah perlu menetapkan program prioritas seperti pengurangan
kemiskinan, pemerataan pendidikan, ataupun isu kesenjangan antar daerah.
Ketergantungan pemerintah untuk membiayai anggaran yang defisit melalui
utang perlu dikurangi mulai dari sekarang agar di masa depan Indonesia tidak
terbelenggu dalam bayangan utang yang tak kunjung usai. Kita semestinya tidak
mewarisi generasi mendatang dengan utang yang justru menjadi beban
perekonomian.
Untuk melepaskan indonesia dari defisit anggaran yagn semakin melonjak maka
indonesia perlu melakukan beberapa cara sebagai berikut:
a.
Menegakan aturan tentang
korupsi.
Penegakan aturan ini
diterapkan pemberlakuan undang-undang korupsi bagi oknum yang melakukan tindakan
korupsi. Transparansi antara pihak yang berkepetingan dan adanya kejujuran bagi
para penegak hukum.
b. Menggunakan dana anggaran seperlunya saja dan tidak
menghambur-hamburkannya
c. Mengalokasikan anggaran dana yang ada secara tetap
sasaran.
d. Pemberian subdisi yang tepat sasaran dan menghasilakan pengaruh yagn
baik perkembangan negara.
Indonesia sekarngini
sedang dipimpin oleh seorang presiden yang telah dikenal dengan keberhasilan
dalam memimpin sebuah daerah di tanah jawa. Masyarakat telah memberikan
kepercayaan penuh kepada beliau untuk memimpin dan mengelola negara yang sangat
luas dengan lautannya, begitu juga dengan sumber daya alamnya. Besar
harapan untuk yang lebih baik semoga Indonesia menuju arah yang diharapakan,
yaitu menjadi negara besar maju dan berkembang serta bisa menjadi contoh bagi
negara negara lain.
PENYEBAB TERJADINYA DEFISIT ANGGARAN DAN LILITAN UTANG DI NEGARA INDONESIA
Reviewed by Unknown
on
11:32 PM
Rating:
Update Informasi Teknologi & Internet Gratis hanya di : ILMU SERBAGUNA WEBSITE
ReplyDeleteAnda Masih Nganggur? Mau Cari Kerja Sampingan / Kerja part-time? Baca situs lowongan kerja terbaru a di : LOKER PKL .COM
ReplyDelete